Reality Therapy William Glasser

1. Latar Belakang Sejarah
William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada tahun 1953. Glasser menjadi insinyur kimia pada usia 19 dan dokter pada usia 28, kemudian mengikuti latihan psikiatri pada Veterans Administration Center di Los Angeles Barat, melewatkan tahun terakhirnya di University of California di Los Angeles pada tahun 1957, dan menggondol sertifikat pada tahun 1961. Selama masa latihan Glasser menjadi sadar bahwa ada perbedaan besar antara apa yang diajarkan dengan apa yang diperkirakan olehnya dapat dilakukan. Perbedaannya terpusat pada dua titik penting: (1) daripada sikap menjauhkan diri dan terpisah, dia berpendapat bahwa hasil akhir yang baik nampaknya akan bisa dicapai dengan keterlibatan yang hangat didasari oleh minat pribadi dan satu pengungkapan diri, (2) daripada menjadi korban dari impulsnya sendiri atau yang berasal dari luar dirinya, menurut pendapatnya yang sebenarnya terjadi adalah bahwa klien nampaknya memilih apa yang mereka lakukan untuk kehidupannya; mereka tidak pernah menjadi korban seumur hidup kecuali memang mereka memilih untuk menjadi seperti itu. Glasser enggan untuk mengutarakan ketidakpuasannya terhadap terapi psikoanalitik sampai ia berjumpa dengan G.L. Harington, yang dianggapnya memberikan andil yang besar dengan memberikan sumbangan atas terciptanya ide-ide yang dibuatnya.
Pada tahun 1956 Glasser menjabat sebagai psikiatris pembimbing pada Sekolah Putri Perawatan Anak Nakal di Ventura California. Pengalaman ini lebih menebalkan lagi keyakinannya betapa teknik dan konsep psikoanalitik itu tidak banyak manfaatnya, karena itu Glasser mengembangkan pendekatan terapeutik yang berbeda yang pada banyak seginya sangat berlawanan dengan psikoanalisis gaya Freud. Pada tahun 1961 Glasser menerbitkan bukunya yang pertama, Mental Health or Mental illiness yang memberi landasan pada terapi realitas.
Menjelang tahun 1965, pada waktu ia menerbitkan bukunya Terapi Realitas, dia mampu menyatakan keyakinan dasarnya, yaitu bahwa kita semua bertanggungjawab atas pilihan yang kita ambil untuk kemudian kita lakukan dalam hidup ini dan bahwa dalam lingkungan terapeutik yang hangat dan tidak bernada hukuman kita bersedia untuk belajar lebih banyak lagi untuk menentukan pilihan yang lebih efektif, atau cara yang lebih bertanggungjawab terhadap kehidupan kita ini.
Tahun 1960-an Glasser bekerja sebagai seorang konsultan pada pendidikan umum. Dimana ia praktekkan konsep dasarnya tentang terapi realitas yang menghasilkan karya besarnya School Without Failure (1969). Pada saat itu minat profesionalnya ia ubah menjadi bagaimana guru dan murid saling berinteraksi, bagaimana belajar di sekolah itu bisa dikaitkan dengan hidup pelajarnya, bagaimana sekolah itu sering memberi sumbangannya pada “ identitas kegagalan” , dan bagaimana semua itu bisa diubah untuk membuat suasana belajar menjadi hidup. Menjelang tahun 1972 pada waktu ia menerbitkan bukunya The Identity Society, ia telah mulai meletakkan dasar dari teori kontrol yang menjelaskan tidak hanya bagaimana kita harus berfungsi sebagai individu, tetapi juga bagaimana kita berfungsi sebagai kelompok dan bahkan sebagai masyarakat.
Meskipun ide tentang teori kontrol bukanlah asli ciptaan Glasser, sebagian besar dari karyanya bisa diaplikasikan pada suatu sistem didasarkan pada pengamatannya yang dirangkum dalam bukunya Control Theory (1985) yang kemudian diaplikasikan kedalam pendidikan dalam bukunya Theory in the Classroom (1986) serta The Quality School (1990) yang mengaplikasikan gagasan ini pada pengelolaan sekolah.
Glasser lebih dari 40 tahun hidup bersama istrinya Naomi. Mereka beranak tiga orang, yang sedang menapaki profesinya sebagai konselor, guru dan dokter mengikuti jejak ayahnya. Isterinya memberikan dukungan yang besar terhadap karirnya dan membantu pada Institut Terapi Realitas yang non profit dimana gagasan-gagasannya diajarkan diseluruh dunia.
2. Hakekat Manusia
Terapi realitas bertumpu pada ide sentral bahwa kita memilih sendiri perilaku kita dan oleh karenanya bertanggungjawab tidak hanya atas apa yang kita lakukan tetapi juga atas bagaimana kita berpikir dan merasakan. Falsafah dasar dari terapi realitas juga dimiliki oleh pendekatan eksistensial dan terapi rasional emotif. Arah sasaran umum dari sistem terapeutiknya adalah menyediakan kondisi yang akan menolong klien untuk bisa mengembangkan kekuatan psikologis untuk mengevaluasi perilakunya sekarang serta untuk mendapatkan perilaku yang efektif. Proses belajar berperilaku efektif ini mendapatkan fasilitas dengan diaplikasikannya prinsip dasar terapi ralitas, yang diantaranya mencakup lingkungan konseling yang hangat, serta bisa menerima berbagai prosedur konseling.
Teori Kontrol bertumpu pada asumsi bahwa kita ini menciptakan dunia dalam diri kita sendiri yang bisa memenuhi kebutuhan kita. Perilaku adalah suatu usaha untuk mengontrol persepsi kita terhadap dunia eksternal untuk bisa dengan dunia yang internal dan yang memberi kepuasan kebutuhan. Premis dasar tentang teori realitas bahwa semua perilaku itu digerakkan dari dalam diri kita sendiri dan bahwa orang memiliki pilihan terhadap apa yang akan mereka lakukan. Terapi realitas memfokuskan pada perbuatan serta pikiran yang dilakukan sekarang dan bukan pada pemahaman, perasaan, pengalaman masa lampau, ataupun motivasi yang tidak disadari. Individu dapat memperbaiki kualitas hidupnya melalui proses penelitian terhadap diri sendiri secara jujur.
3. Konsep Kunci
1. Teori Kontrol bertumpu pada asumsi bahwa perilaku manusia adalah bertujuan dan berasal dari dalam diri individu dan bukan dari kekuatan luar, meskipun kekuatan luar memiliki pengaruh pada keputusan yang diambil tetapi perilaku tidak disebabkan oleh faktor lingkungan.
2. Perilaku manusia digerakkan untuk memenuhi kebutuhan, kebutuhan fisiologis maupun kebutuhan psikologis. Kebutuhan fisiologis untuk bertahan hidup sedangkan kebutuhan psikologis untuk memiliki, berkuasa, kebebasan, kesenangan.
3. Otak sebagai sistem kontrol untuk menolong kita memenuhi keinginan.
4. Manusia memenuhi kebutuhan itu dengan berbagai cara, mengembangkan suatu “album gambar bathin” dari keinginan yang khas, yang berisi gambar yang tepat tentang bagaimana manusia sebaiknya bisa memenuhi kebutuhan.
5. Sasaran utama terapi realitas adalah mengajar orang cara yang lebih baik dan lebih efektif untuk mendapatkan apa yang yang mereka inginkan dalam hidup ini.
6. Terapis memahami bahwa klien hidup dalam dunia eksternal tetapi selalu berusaha untuk mengontrolnya sehingga menjadi sedekat mungkin dengan dunia internal.
7. Teori kontrol menantang falsafah deterministik dari kodrat manusia.
8. Melalui praktek terapi realitas orang belajar caranya mendapatkan kebebasan sehingga orang lain tidak menderita dalam proses itu.
4. Penjelasan Teori Kontrol
Dimulai dengan konsep perilaku total:
- Berbuat ( perilaku aktif )
- Berfikir ( pendapat dan pernyataan tentang diri sendiri )
- Merasakan ( marah, senang, susah, cemas dan sebagainya )
- Fisiologi ( seperti berkeringat dingin atau pengembangan gejala psikosomatik ).
Teori Kontrol bertumpu pada asumsi bahwa perilaku manusia adalah bertujuan dan berasal dari diri individu dan bukan dari kekuatan luar, meskipun kekuatan luar memiliki pengaruh pada keputusan yang diambil tetapi perilaku tidak disebabkan oleh faktor lingkungan. Dengan demikian lingkungan hanya sekedar mengkontribusi terjadinya perilaku, kendali tetap ada pada diri individu, untuk memilih menetapkan dan bahkan mungkin menolak lingkungan.
Teori Kontrol berasumsi bahwa memilih perilaku total tanpa memilih semua komponennya merupakan hal yang tidak mungkin. Untuk merubah suatu perilaku total diperlukan kunci untuk mengubah perilaku total terletak pada pemilihan untuk mengubah apa yang kita lakukan dan pikirkan. Glasser mengubah pemikiran orang yang semula menjadi objek masalah berubah menjadi subjek masalah dengan mengganti yang biasa kita katakan menderita depresi, merasa pusing, merasa amarah, merasa cemas dengan memikirkan kesemuanya sebagai bagian dari perilaku total dengan mengubahnya ke dalam bentuk kata kerja mendepresi, memusingkan, marah, mencemaskan dengan alasan :
1. untuk menjaga agar tidak mudah marah
2. untuk mendapatkan pertolongan dengan orang lain
3. sebagai dalil mengapa kita tidak mau melakukan sesuatu yang lebih efektif.
5. Ciri-ciri Terapi Realitas
- Penolakan terhadap model medis.
- Identitas sukses dan keterkaitan yang positif.
- Penekanan pada tanggungjawab.
- Tidak menekankan pada transferensi.
6. Pribadi sehat dalam pendekatan terapi realitas adalah :
- Adanya kemampuan mengevaluasi hidup
- Bertindak dan berbuat secara efektif
- Adanya kemampuan mengontrol perilakunya.
- Adanya sikap 3R (right, responsibility, reality).
7. Pribadi tidak sehat meliputi :
- Berperilaku tidak efektif
- Dalam kondisi depresi atau tertekan
- Keseimbangan psikis yang goyah.
- Tidak adanya sikap 3R (right, responsibility, reality).
8. Pengertian Konseling
- recontrolling of life
- life more effectiveness
- reevaluation.
9. Fokus
a. Pada apa yang disadari klien dan kemudian meningkatkan kesadarannya.
b. Mengajar orang untuk dapat berurusan dengan dunia secara efektif.
c. Perbuatan dan pemikiran yang dilakukan sekarang dan bukan pada pemahaman, perasaan, pengalaman masa lampau ataupun motivasi yang tidak disadari.
10. Inti
(1). Menolong klien mengevaluasi apakah yang mereka inginkan itu realistis dan perilakunya dapat menolong ke arah tersebut. (2). Konselor membantu klien mendesain suatu rencana perubahan sebagai cara menerjemahkan perkataan menjadi perbuatan.(3). Cara terbaik untuk mengontrol peristiwa disekitar kita adalah melalui apa yang kita lakukan.
11. Praktek dari Terapi Realitas
Konseptualisasi yang paling baik untuk terapi realitas adalah sebagai cycle of counceling yang terdiri dari dua komponen utama : (1) lingkungan konseling dan (2) prosedur spesifik yang membawa ke perubahan perilaku. Seni konseling adalah menjalin komponen itu menjadi satu jalinan yang membimbing klien untuk mengevaluasi hidup mereka dan menetapkan untuk bergerak ke arah yang lebih efektif. Prosesnya bergerak maju melalui eksplorasi keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan persepsinya. Klien kemudian mengeksplorasi perilaku total mereka dan membuat evaluasi sendiri tentang keefektifan perilakunya dalam usaha mendapatkan apa yang dikehendaki. Apabila klien memutuskan untuk mencoba perilaku baru, harus membuat rencana yang membawa ke perubahan dan harus komitmen dengan rencananya.
13. Lingkungan Konseling
Konselor konsisten memfokuskan klien pada apa yang dilakukan sekarang. Konselor menolong klien untuk bisa melihat hubungan antara apa yang klien rasakan dengan perbuatan serta pikirannya yang terkait. Konselor berharap bisa mengajar klien untuk menghargai sikap bertanggungjawab atas perilaku total mereka. Apabila klien tidak patuh pada rencana perubahan seperti yang semula disetujui, konselor mungkin akan menolongnya untuk memberi penilaian ulang pada situasi itu, namun klien tetap tegas menolak dalih-dalih yang diajukan. Terapis realitas menunjukkan pada klien bahwa dalih adalah salah satu bentuk menipu diri sendiri yang mungkin bisa menawarkan rasa terbebas sementara yang akhirnya akan membawa kegagalan. Dengan menolak untuk menerima dalih konselor menanamkan keyakinannya pada kemampuan klien untuk mendapatkan kembali kontrolnya.
Terapi realitas berpendapat bahwa hukuman bukan merupakan sarana yang berguna untuk mengubah perilaku. Daripada dihukum individu bisa belajar menerima konsekuensi logis sebagai akibat dari perbuatannya. Dengan tidak mengkritik, menolak dalih, maupun menilai, konselor masih bisa menanyakan apakah klien benar-benar berminat untuk bisa berubah.
14. Kondisi Perubahan
a. Tujuan
Agar setiap individu mendapatkan cara yang lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan menjadi bagian dari suatu kelompok, kekuasaan, kebebasan, dan kesenangan.
b. Fungsi dan Peranan Konselor
Konselor melibatkan diri dengan klien untuk mengembangkan hubungan dengan mereka yang akan merupakan landasan kerja dari proses konseling. Konselor berfungsi sebagai guru berlaku aktif dalam sesi konseling dengan cara : (1). memformulasikan rencana perbuatan yang spesifik, (2). menawarkan pilihan-pilihan perilaku, (3). mengajarkan teori kontrol.
15. Konselor:
- Menyediakan sebuah model dari perilaku bertanggungjawab dan model dari hidup yang didasarkan pada identitas sukses.
- Menciptakan iklim saling mempercayai yang didasarkan pada saling mempedulikan dan saling menghargai.
- Memfokuskan pada kekuatan dan potensi individual yang bisa membawa ke arah sukses.
- Aktif berdiskusi dengan klien tentang perilaku klien sekarang yang tidak bertanggungjawab dan tidak efektif agar diperbaiki.
- Memperkenalkan dan mendorong proses evaluasi tentang keinginan klien yang bisa dipenuhi secara realistis.
- Mengajar klien memformulasikan dan melaksanakan rencana untuk mengubah perilaku.
- Menegakkan struktur dan batas-batas suatu sesi.
- Menolong klien menemukan jalan untuk bisa memenuhi kebutuhan mereka dan berusaha agar klien tidak menyerah.
16. Klien
Praktek terapi realitas mulai dengan usaha konselor untuk menciptakan lingkungan yang mendukung di mana klien dapat memulai membuat perubahan dalam hidupnya. Konselor harus bisa terlibat dalam hidup kliennya dengan menciptakan iklim saling mempercayai, dengan cara melalui kombinasi proses mendengarkan dan mengajukan pertanyaan trampil serta mengeksplorasi gambaran yang ada dalam benak klien berupa keinginannya, kebutuhannya, dan persepsinya. Dengan demikian klien diharapkan dapat :
- Mengevaluasi hidup
- Bergerak ke arah yang lebih efektif
- Bergerak maju melalui eksplorasi keinginan-keinginan kebutuhan, dan persepsinya.
- Mengeksplorasi perilaku total.
- Menentukan perilaku baru.
- Membuat rencana yang membawa ke arah perubahan.
- Komitmen terhadap rencana yang telah dibuatnya.
17. Prosedur yang Membawa Perubahan
1. Proses
a. Mengeksplorasi Keinginan, Kebutuhan, dan Persepsi
Klien didorong untuk mengenali, mengidentifikasi, dan menghaluskan apa yang mereka dambakan untuk memenuhi kebutuhannya, dengan cara konseling yang tanpa memberikan kritik dan bersikap mau menerima sehingga klien bebas mengemukakan pikirannya.
b. Fokus pada Perilaku Sekarang
Terapi realitas menekankan pada perilaku sekarang dan mempedulikan peristiwa pada masa lalu selama peristiwa itu ada pengaruhnya terhadap perilaku klien sekarang. Terapi realitas mengkonsentrasikan pada pengubahan perilaku total, tidak hanya pada sikap dan perasaan.
c. Membuat Klien Mau Mengevaluasi Perilakunya
Konselor meminta klien untuk mengevaluasi setiap komponen dari perilaku totalnya merupakan tugas pokok dari terapi realitas. Manakala konselor menanyakan kepada klien yang mengalami depresi apakah perilaku ini bisa banyak menolong dalam waktu yang panjang, konselor memperkenalkan suatu ide penentuan suatu pilihan kepada klien mereka. Proses pengevaluasian dari perbuatan, berpikir, merasakan, dan komponen-komponen psikologis dari perilaku total adalah dalam lingkup pertanggungjawaban klien.
d. Merencanakan dan Komitmen
Ketika klien menetapkan perubahan apa yang ia kehendaki, biasanya ia siap untuk mengeksplorasi perilaku lain yang mungkin ada dan memformulasikan rencana tujuan. Setelah rencana selesai diformulasikan oleh usaha bersama aantara konselor dan klien, maka harus ada komitmen untuk melaksanakannya.

18. Teknik
Terapi ini sifatnya aktif, direktif, dan deduktif. Sangat mungkin digunakan berbagai macam teknik, agar klien bisa mengevaluasi apa yang sekarang ini sedang ia lakukan untuk mengetahui apakah mau berubah. Apabila ia tetapkan bahwa perilakunya yang sekarang ini tidak efektif, ia mengembangkan suatu rencana perubahan dan mengadakan komitmen untuk mengikuti rencana yang telah ia buat.
19. Prosedur Khusus yang Membawa Perubahan
Ada empat prosedur khusus yang secara tepat bisa dikembangkan oleh konselor untuk meningkatkan praktek layanan terapi realitas. Prosedur tersebut adalah:
- Penggunaan ketrampilan bertanya
- Teknik menolong diri sendiri dalam rencana pertumbuhan pribadi klien
- Penggunaan humor
- Teknik paradoksal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Perubahan Tingkah Laku KONSELI SERING MENGHISAP IBU JARI

TERAPI ADLER

Psikologi Individual